Mie Instan merupakan salah satu makanan favorit karena selain lezat juga murah dan juga mudah dalam pembuatannya. Tapi banyak isu yang cukup meresahkan seperti soal lilin yang katanya menempel pada mi, atau tentang cara pengolahan yang tertentu agar aman untuk dikonsumsi. Untuk menjawab beberapa mitos mengenai mie instan mari kita lihat pernyataan Prof.Dr.F.G.Winarno, mantan Presiden Codex Dunia & Ketua Dewan Pakar PIPIMM (Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman) mengenai mi instan berikut ini.
Mitos : Mi instan menggunakan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan.
Fakta : Dalam proses pembuatannya mi instan menggunakan cara tertentu agar lebih awet, namun tidak berbahaya sama sekali . Salah satu cara pengawetan yang dilakukan pada mi instan adalah deep frying yang bisa menekan rendah kadar air (sekitar 5%). Cara yang lain adalah dengan air hot drying (pengeringan dengan udara panas). Kadar air yang sangat minim ini, tidak memungkinkan bakteri pembusuk hidup apalagi berkembang biak. Malah mi instan tidak beraroma tengik serta tidak menggumpal basah. Inilah yang membuat mi instan bisa awet hingga 6 bulan. asalkan kemasannya terlndung secara sempurna. Langkah terakhir untuk memastikan mi instant layak konsumsi adalah perhatikan dengan seksama tanggal kadaluarsanya
Mitos : Cara terbaik memasak mie instan adalah dengan tidak menggunakan air rebusan pertama
Fakta : Justru air rebusan mi pertama yang mengandung kandungan betakaroten yang tinggi. Vitamin-vitamin (dari minyak dan bumbu) yang larut dalam air terdapat dalam air rebusan pertama ketika memasak mi. Apabila air rebusan di ganti dengan air matang baru, maka hilanglah semua vitaminnya. Selain itu, yang membuat mie dan beberapa makanan lain lebih enak adalah minyaknya. Dan kandungan betakaroten juga tecoferol dalam minyak sangat berguna memenuhi kebutuhan gizi. Jadi air rebusan pertama tidak perlu dibuang.
Mitos : Ketika dimasak airnya menguning, hal ini dikarenakan Mi instan mengandung lilin
Fakta : SALAH. Mi instan tidak menggunakan lilin. Lilin adalah senyawa inert untuk melindungi makanan agar tidak basah dan cepat membusuk. Lilin sebenarnya ada pada makanan alami, spt apet/kubis. Kubis jika dicuci dengan air tidak langsung basah, atau apel yang jika di gosok akan mengilap. Itulah lilin yang memang diciptakan alam
Mitos : Mi instan kenyal karena bahan bakunya adalah karet.
Fakta : Sama sekali tidak ada bahan karet dalam bahan baku mi insta. Mi instan dibuat dari bahan bahan berkualitas tinggi dan pilihan terbaik seperti tepung terigu yang sudah difotifikasi dengan zat besi, zinc, vitamin B1,B2 dan asam folat. Begitu pula dengan bumbu, yaitu bawang merah, cabe merah, bawang putih, dan rempah-rempah. Pembuatannya pun digarap serius. Melewati proses pengeringan yang telah dipaparkan sebelumnya, seperti hot air drying atau deep frying. Karena itulah mi instan kenyal dan tidak mudah putus.
Mitos : Penggunaan styrofoam berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika styrofoam terkena air panas, seperti ketika memasak mi instan dalam cup.
Fakta : Styrofoam untuk mi instan cup terbukti aman di gunakan, karena telah melewati standar BPOM. Cup yang dipakai mi instan adalah styrofoam khusus untuk makanan. ia memang bisa menyerap panas, ini terbukti setelah di seduh air panas, tidak terasa panas di tangan ketika dipegang. Tetapi karena proses pressingnya memenuhi standar, tidak menyebabkan molekul styrofoam larut (rontok) bersama mi instan yang di seduh air panas. Jadi, jika selama ini khawatir dengan mi instan menempel pada cupnya ketika di seduh air panas, sematamata disebabkan tingginya kadar minyak dalam mi (sekitar 20%). Desain pun dibuat berbeda yaitu dengan menambahkan gerigi dibagian atas cup, sehingga tak langsung panas di tangan. Selain itu, expandable polysteren yang di gunakan mi instan cp telah melewati penelitan BPOM dan Japan Environment Agency sehingga memenuhi syarat untuk mengemas produk pangan. Berdasar penelitian tsb, kemasan ini aman digunakan.
0 komentar